Sabtu, 07 November 2015

Duta Peduli Autis di Sekolah SMA CENGKARENG I (5 Nov 2015)

Duta Peduli Autis di Sekolah
SMA CENGKARENG I Jl. Bambu Larangan Raya No. 67, Cengkareng
dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama Teach For Indonesia

                                                



Kelas                : LK01
Dosen               : Agus Masrukhin
Kode Dosen    : D3739
Tanggal           : Kamis, 5 November 2015
Waktu               : Pkl. 11.00 -11.40 WIB

Tim yang hadir        :
Nama dan NIM Ketua Kelompok : Rudy Putra - 1801413331
Nama dan NIM Tim yang hadir :
- Andrean Wijaya         - 1801416756
- Dewi Nursalim           - 1801431561
- Edward                     - 1801432904
- Kevin Hanggara        - 1801391671
- Kheffri Teo Rando    - 1801415255

Dari kiri ke kana : Kevin,Rudy,Dewi,Andrean,Edward,Kheffri

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami telah melaksanakan kegiatan sosialisasi Duta Peduli Autis di Sekolah SMA Cengkareng I pada tanggal 5 November 2015,
Semua agama percaya bahwa Tuhan memberikan perintah kepada manusia untuk saling membantu dan mengasihi satu sama lain di kehidupan ini. Perbedaan agama yang kita anuti seharusnya tidak membatasi atau tidak menghalangi kita untuk saling menolong dan saling mencintai satu sama lain dengan tulis-ikhlas.
Cinta yang tulus terhadap sesama harus kita pahami dan terlebih kita wujudkan dalam tindakan nyata sehari-hari untuk menolong dan membantu satu sama lain secara universal, melampaui batas - batas primordial.
Begitulah sikap yang seyogyanya sebagai umat beragama, mengasihi manusia begitupun para penyadang autis.

Persiapan kami adalah bagaimana kami introspeksi diri masing-masing setelah evaluasi setelah melakukan sosialisasi sebelumnya di kelas VIII SMP Cengkareng I, dan berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk melakukan sosialisasi.
Kami kali ini akan melakukan kegiatan sosialisasi di kelas XII IPS, disini kami mencairkan suasana dengan perkenalan diri terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan menyampaikan maksud dan tujuan kami datang ke kelas teman-teman XII IPS. Karena yang kami sosialisasikan anak kelas XII dan mereka sebagian ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi dan juga langsung terjun ke masyarakat, kami memberikan materi dalam bentuk kasus. Berikut cuplikan video ketika kegiatan dilakukan di kelas XII IPS :


Yang ingin kami sampaikan dalam kegiatan kali ini hampir sama seperti tujuan semula dan di kelas-kelas sebelumnya, yaitu bagaimana menjadikan penyandang autis bukan sebagai bahan olokan / ejekan. Kita tahu bahwa memang penyandang autis 'apatis' terhadap lingkungan sekitar mereka, tetapi apa jadinya jika orang tua / keluarganya melihat anaknya atau anggota keluarganya dijadikan bahan ejekan atau olokan. Ini yang ingin kami sampaikan kepada teman-teman kelas XII IPS.

Survey Internal : Menurut kami, Rudy dan Kheffri aktif dalam sesi kali ini, mereka membawakan materi dalam bentuk kasus sehingga teman-teman di kelas XII IPS diajak berpikir kritis dalam menganalisa dan membentuk sikap bagaimana dalam diri mereka sendiri, kesadaran bahwa manusia khususnya para penyandang autis adalah sesama ciptaan Tuhan dan saudara kita. Waktu berdiskusi kami rasa cukup menampung pemikiran-pemikiran teman-teman untuk berpendapat terhadap kasus yang disajikan. Meski umur kami tidak terpaut jauh, kami dan teman-teman masih commit dengan sikap kesopanan.

Form Evaluasi

Form Evaluasi

Hasil kegiatan ini adalah teman-teman kelas XII IPS memahami dan membebaskan diri mereka dari kebiasaan menjadikan kata 'autis' menjadi sebuah bahan lelucon atau ejekan, teman-teman pula dapat menyikapi ketika di lingkungan sekitar mereka ada para penyandang autis.

Kesimpulan dan kegiatan ini adalah tim kami merasa adanya strata sosial dengan gejala - gejala stereotipe para penyandang autis, tetapi dari kegiatan ini diharapkan teman-teman kelas XII IPS dapat memberi teladan, memberi contoh bagaimana mereka mengasihi manusia,khususnya para penyandang autis.

Next to do :

1. Adanya miskomunikasi ketika penyampaian materi di dalam kelompok kami,sehingga kami harus mengulangi       kembali apa yang ingin kami sampaikan kepada teman-teman peserta sosialisasi.
2. Kontrol yang kurang dari kelompok kami, sehingga masih ada beberapa peserta yang masih asik ngobrol               sendiri / tidak fokus. Kami mengajak peserta tersebut untuk berpendapat dalam kasus yang disajikan.

Jumlah peserta sebanyak 29 orang.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar